RANDOM post

Loading...

Saturday, April 17, 2010

Dijual Doa


Pembaca Baru ? Suka Artikel Ini? Langganan Blog Feed atau daftar gratis Free email updates. Terimakasih!

"Waktu dulu aku masih bekerja,setiap hari aku naik bus mojokerto-sidoarjo PP. banyak hal yang kuperhatikan setiap naik bus tersebut mulai dari kondektur,sopir,penumpang hingga pengamen.

Sekarang aku telah meninggalkan rutinitasku sebagai pekerja. Tapi rasanya aku masih rindu suasana saat-saat berada didalam bus ekonomi yang penuh sesak puluhan orang yang tak satupun ku kenal. Ah sesekali aku pulang dari kampus naik bus menuju tanah kelahiran. Nampaknya suasana 2 tahun lalu benar2 bisa kurasakan, rasanya nyaman walau naik bus ekonomi tanpa AC dan panas yang sangat ,tapi nampaknya rasa itu terhapus oleh bawah sadarku yang memang nyaman dengan suasana begitu.

Banyak yang tidak berubah dari dua tahun lalu, tapi ongkos yang dulu hanya 3ribu sekarang naik 4rb. =(

Akhirnya aku teringat waktu dulu aku lihat seorang pengamen, lucu unik tapi juga membuatku berfikir.
Setiap selesai ngamen kata-kata yang muncul adalah " terimakasih banyak atas perhatiannya, Bagi yang tidak ngasih kami doakan uangnya tidak hilang, bagi yang kasih 100 kami doakan gajinya dinaikkan, bagi yang ngasih 500 kami doakan dapat rejeki banyak, bagi yang ngasih 1000 kami doakan lekas naik haji" (kalimat itu sudah saat translate dari bahasa jawa). Kedengaranya memang aneh , lucu sekaligus membuatku berfikir " SEJAK KAPAN DOA ITU DIJUAL " semakin besar apa yang kamu kasih apakah semakin besar pula kadar doa yang kita panjatkan. kalau memang benar! kasihan orang2 miskin yang tak punya peluang untuk didoakan menjadi orang besar karena memang tak mampu membayar. dan sebaliknya bagi orang kaya nampaknya tak sulit untuk mendapatkan doa dari orang2 yang meng"hargai" doa dengan uang.

Ehm aku tak pernah menyalahkan pengamen tersebut. inilah yang kusebut kurangnya pendidikan yang terstruktural. bukan hanya pendidikan melainkan seluruh aspek yang ada dalam kehidupan berbangsa,bernegara dan bermasyarakat di indonesia.

Hal tersebut tidak hanya dilakukan oleh seorang pengamen bahkan telah jadi rutinitas para "orang" yang mengaku intelektual.

Ah ini hanya guyonan... jangan pernah dipermasalahkan."  link

No comments:

Post a Comment